27 Desember 2008

Skema Kabel RJ 45


Sebenarnya untuk memasang kabel UTP di RJ45 menurutku cukup mudah. Kesulitannya adalah pada masalah kode warna yang ada di kabel UTP, karena ada rumusnya sendiri. Dibawah ini adalah gambar-gambar untuk menunjukkan posisi tiap warna di kabel UTP yang harus dimasukkan ke dalam tiap port di RJ45.







Sumber : Technocell
Selengkapnya

10 Desember 2008

Menghitung Kapasitor Pada lampu TL dan Rangkaian induksi

Berikut ini cara menghitung besarnya konpensasi nilai kapasitor untuk lampu TL yang menggunakan ballast induksi.


C = P * tan.arccos-phi * 0.066 uF (microFarad) ---->untuk teg. lampu 220 Vac

keterangan ;
C= Kapasitas kapasitor dalam uF
P= daya lampu dalam watt
cos-phi=faktor daya lampu TL

Contoh: sebuah lampu TL 10 watt mempunyai cos-phi(faktor daya)sebesar 0.33 tentukan berapa besarnya kompensasi kapasitor yang harus dipasang(pararel)?
jawab:
C= 10 * tan.arccos0.33 * 0.066 =10 * 2.86 * 0.066 = 2 uF

Berapakah untuk lampu TL 20 W dengan cos-phi yang sama (0.33)? dengan memasukkan pada rumus diatas didapat 3.75 uF

Dan untuk TL 40 W dengan cos-phi 0.63 ? dengan memasukkan pada rumus diatas didapat 3.25 uF
Rumus tersebut saya turunkan dari perhitungan segitiga daya listrik ( Fisika SMA kelas III) dan merupakan dasar teori untuk daya listrik , dan sengaja saya buat sesederhan mungkin menjadi rumus baku untuk memudahkan menghitung konpensasi besarnya kapasitor bagi orang awam, karena kalau diturunkan secara mendetail akan memerlukan pengertian yang mendalam tentang teori dasar listrik dan trigonometrik.

Kenapa dalam contoh-contoh diatas saya pergunakan nilai cos-hpi sebesar 0.33 untuk lampu TL 10W dan 20W , serta cos-phi 0.63 bagi lampu TL 40W ?. Karena nilai tersebut merupakan nilai specifik untuk lampu tersebut ( biasanya tertera dalam nameplate pada ballast ), tetapi tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan teknologi dan desain ballast dan TL tertentu atau juga untuk lampu mercury didapat besarnya niali cos-phi yang berlainan, karenanya untuk menentukan besarnya cos-phi ini pada prakteknya saya lebih suka / dianjurkan untuk mengukurnya secara langsung. Tapi ini bagi orang awam tentu sukar atau bahkan malah tidak mengerti, karenanya cukup melihat nilainya pada nameplate, atau kalau tidak didapat cukup gunakanlah nilai specifiknya .
Angka 0.066 merupakan konstanta untuk tegangan kerja 220 V, untuk nilai tegangan yang lain didapat nilai konstata yang besarnya lain pula.
Itulah gunanya penyederhanaan rumus diatas.

Rumus tersebut saya turunkan dari perhitungan segitiga daya listrik ( Fisika SMA kelas III) dan merupakan dasar teori untuk daya listrik , dan sengaja saya buat sesederhan mungkin menjadi rumus baku untuk memudahkan menghitung konpensasi besarnya kapasitor bagi orang awam, karena kalau diturunkan secara mendetail akan memerlukan pengertian yang mendalam tentang teori dasar listrik dan trigonometrik.

Kenapa dalam contoh-contoh diatas saya pergunakan nilai cos-hpi sebesar 0.33 untuk lampu TL 10W dan 20W , serta cos-phi 0.63 bagi lampu TL 40W ?. Karena nilai tersebut merupakan nilai specifik untuk lampu tersebut ( biasanya tertera dalam nameplate pada ballast ), tetapi tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan teknologi dan desain ballast dan TL tertentu atau juga untuk lampu mercury didapat besarnya niali cos-phi yang berlainan, karenanya untuk menentukan besarnya cos-phi ini pada prakteknya saya lebih suka / dianjurkan untuk mengukurnya secara langsung. Tapi ini bagi orang awam tentu sukar atau bahkan malah tidak mengerti, karenanya cukup melihat nilainya pada nameplate, atau kalau tidak didapat cukup gunakanlah nilai specifiknya .
Angka 0.066 merupakan konstanta untuk tegangan kerja 220 V, untuk nilai tegangan yang lain didapat nilai konstata yang besarnya lain pula.
Itulah gunanya penyederhanaan rumus diatas.

Peralatan soft-start bekerja hanya pada waktu peralatan di-ON-kan saja, tujuannya ialah untuk menahan laju arus 'INRUSH CURRENT' yang besarnya bisa sampai 25 kali dari dari arus nominalnya, tentulah hal ini bisa membuat (kedip) flicker tegangan pada instalasi rumah/gedung, bahkan yang lebih para akan menjatuhkan pengaman MCB karena MCB menganggapnya itu sebagai gangguan.
Setelah kondisi steadystate maka peralatan ini hanya melewatkan arus yang mengalir sesuai dengan kebutuhan bebannya, mengapa?
Ada dua tipe dari soft-start yaitu yang menggunakan komponen NTC (Negative Thermal Coeffisient), dan yang lainnya menggunakan kontrol elektronik melalui mekanisme pengaturan tegangan AC yang biasanya menggunakan komponen SCR atau TRIAC, atau mekanisne pengaturan DC Chopper.
Cara kerjanya yaitu pada saat awal Start komponen NTC (yang di seri dengan beban ) dalam keadaan dingin mempunyai tahanan yang sangat tinggi sehingga dengan demikian akan menahan arus listruk Inrush; akibatnya tidak terjadi lonjakan arus yang besar, dan arus yang mengalir ke beban(peralatan) akan kecil/normal.
Tetapi pada saat yang sama pula arus kecil yang mengalir melewati NTC tersebut justru memanaskan NTC-nya sendiri, dengan bertambah panas, maka tahanan/resistansi dari NTC akan turun yang justru akan memperbesar arus mengalir masuk pada beban. Dan dalam kondisi steady-state pada kondisi panas tertentu maka arus akan 'sepenuhnya' masuk ke beban.
Demikian pula untuk rangkaian yang menggunakan rangkaian elektronik, prinsip kerjanya adalah sama, tapi dikerjakan secara elektronik, bukan 'panas'.

Daya (watt) dan cos-phi mutlak wajib diketahui untuk menentukan kompensasi kapasitor, tanpa itu kita tidak bisa menentukan besarnya kompensasi, setiap peralatan mempunyai cos-phi yang unik.
Nilai 0.33 (untuk Ballast TL 10 & 20 W) dan 0.63 (untuk Ballast TL 40W ) itu hanya nilai kebetulan saja , bukan nilai general.

Menetukan kompensasi kapasitor ada beberapa cara yaitu:
1. Jika diketahui daya input dan cos-phi pada nameplate peralatan, maka besarnya kompensasi langsung bisa dihitung dari rumus :

C = P * tan.arccos-phi * 0.066 uF (microFarad) ---->untuk teg. 220 Vac

Jika tanpa konstata 0.066 maka rumus diatas dipakai untuk mendapatkan daya reaktif VAr kompensasi yaitu :

Q = P * tan.arccos-phi VAr (

2. Jika hanya diketahui daya input , Tegangan input dan arus input pada nameplate peralatan, maka besarnya kompensasi langsung bisa dihitung dari rumus diatas dengan terlebih dahulu kita menghitung cos-phi:

Cos-phi = (Daya (watt) Input )/ (Teg. Input x Arus Input)

3. Jika tidak ada nameplate (tidak ada data), anda mutlak harus punya alat ukur listrik untuk mendapatkan data tersebut diatas, dan peralatan ini banyak dijual pada toko 'instalasi listrik'.

Sebenarnya, PLN mengukur daya di rumah kita bukan berdasarkan daya yang tertera pada peralatan (biasanya satuannya adalah Volt-Ampere atau Watt - disebut daya nyata - ), namun yang diukur adalah daya semu (satuannya adalah Volt-Ampere Reaktif).

Dimana daya semu ini dihasilkan karena faktor - faktor beban semu (daya reaktif). Beban nyata adalah yang bersifat hambatan atau resistansi (resistor). Namun, pada kenyataannya, banyak peralatan rumah yang menggunakan lilitan - lilitan (kumparan - kumparan) yang bersifat induksi (induktansi), seperti dinamo, powerhead, air-pump, lampu, dll.

Sehingga, daya yang terpakai adalah P (daya nyata) = S (daya semu) * cos PHI (daya reaktif).
Atau S = P / cos PHI.

Yang diukur oleh PLN adalah nilai S (daya semu) ini.

Dengan beban yang bersifat induksi adalah bernilai positif dan beban yang bersifat kapasitansi adalah negatif.

Jadi, yang dilakukan oleh pemasangan kapasitor adalah untuk meng-kompensasi daya reaktif dari beban induktif sehingga nilai cos PHI mendekati nol.
Cos (0) = 1.

Namun, beban kapasitif ini juga jgn sampai melebihi nilai beban induktif, karena efeknya akan sama juga dengan kelebihan beban induktif nantinya.

Yang pasti, tujuannya adalah menyamakan antara daya yang digunakan dengan daya yang diukur oleh PLN mendekati sebenarnya.

Selengkapnya

Apa itu BTS?

Base Transceiver Station (BTS) adalah bagian dari network element GSM yang berhubungan langsung dengan Mobile Station (MS). BTS berhubungan dengan MS melalui air-interface dan berhubungan dengan BSC dengan menggunakan A-bis interface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transciver) sinyal komunikasi dari/ke MS serta menghubungkan MS dengan network element lain dalam jaringan GSM (BSC, MSC, SMS, IN, dsb) dengan menggunakan radio interface. Secara hirarki, BTS akan terhubung ke BSC, dalam hal ini sebuah BSC akan mengontrol kerja beberapa BTS yang berada di bawahnya. Karena fungsinya sebagai transceiver, maka bentuk pisik sebuah BTS pada umumnya berupa tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver, dan perangkatnya.

Sebuah BTS dapat mecover area sejauh 35 km (hal ini sesuai dengan nilai maksimum dari Timing Advance (TA)). Fungsi dasar BTS adalah sebagai Radio Resource Management, yaitu melakukan fungsi-fungsi yang terkait dengan :
meng-asign channel ke MS pada saat MS akan melakukan pembangunan hubungan.
menerima dan mengirimkan sinyal dari dan ke MS, juga mengirimkan/menerima sinyal dengan frekwensi yang berbeda-beda dengan hanya menggunakan satu antena yang sama.
mengontrol power yang di transmisikan ke MS.
Ikut mengontrol proces handover.
Frequency hopping
Gambar di bawah ini menunjukan blok diagram sebuah BTS dengan sebuah TRX.












1. Module Transmitter/Receiver : Module ini berfungsi untuk menerima dan mengirimkan signal dari/ke MS dan dari/ke BSC. Proces-proces digital sinyal processing seperti modulasi dan demodulasi juga dilakukan di modul ini.
2. Module Operation dan Maintenance (O&M) : Module ini paling tidak terdiri dari sebuah central unit yang mengatur kerja seluruh perangkat BTS. Untuk tujuan penaturan kerja ini, module ini dihubungkan dengan BSC dengan menggunakan channel O&M. Hal ini menagakibatkan module O&M dapat memproces command yang diberikan dari BSC atau dari MSC dan melaporkan hasilnya. Module O&M juga memiliki sebuah Human Machine Interface (HMI) yang memungkinkan petugas untuk melakukan maintenance dan control BTS secara lokal (tanpa melalui BSC atau MSC).
3. Module Clock : Module ini sebenarnya termasuk bagian dari module O&M. Fungsi module ini adalah sebagai module yang men-generate dan mendistribusikan clock. Walaupun lebih banyak keuntungannya bila menggunakan reference clock dari sinyal PCM pada A-bis interface, tapi penggunaan internal clock di BTS adalah sebuah keharusan (mandatory), hal ini khususnya diperlukan bila sebuah BTS harus di-restart dalam kondisi standalone (tanpa koneksi ke BSC) atau ketika terjadi link failure yang mengakibatkan clock PCM-nya tidak tersedia.
4. Filter Input & Output : Module ini terdiri dari filter input dan filter output yang fungsinya untuk membatasi bandwidth sinyal yang diterima dan ditarnsmisikan oleh BTS. Filter input pada dasarnya adalah sebuah wideband filter yang non-adjustable (tidak dapat diatur-atur). Artinya pada arah uplink (dari MS ke BTS) filter input ini akan menerima dan melewatkan semua sinyal yang berada dalam rentang frekwensi GSM, baik itu frekwensi GSM 900, DCS 1800, ataupun PCS 1900. Berbeda dengan filter output yang berkerja pada arah downlink (dari BTS ke MS). Filter output adalah sebuah filter wideband yang adjustable, dimana filter ini akan membatasi bandwidth sinyal yang ditansmisikan oleh BTS dalam rentang 200 kHz. Filter output juga dapat mengatur besar frekwensi yang akan digunakan oleh BTS untuk men-transmisikan sinyal ke MS. Perubahan besarnya frekwensi yang digunakna ini dapat dilakukan melalui module O&M.

Sumber : http://mobileindonesia.net/

Selengkapnya

Arsitektur Jaringan GSM

Jaringan GSM secara garis besarnya dibagi menjadi 3 sistem yaitu:

1. Switching Sub System (SSS). Tugasnya mengatur komunikasi antar pelanggan GSM, mengatur komunikasi pelanggan GSM dengan jaringan lain, dan sebagai data base untuk manajemen mobilitas pelanggan. Berarti si SSS inilah yang mengatur hubungan telekomunikasi seluler antar pelanggan Telkomsel dan dari/ke pelanggan operator lain, sekaligus mencatat posisi pelanggan, lokal atau roaming atau SLJJ, dls. Kalau di jaringan PSTN, SSS sering disebut sebagai Sentral Telepon, karena semua proses hubungan tercatat di sini.

2. Base Station System (BSS). Si BSS biasanya memiliki BSC yang bertugas mengendalikan mobile station/pelanggan yang berada dibawah wilayah cakupannya, dan menghubungkan mobile station dengan SSS. BSS merupakan bagian dari radio seluler dari jaringan GSM. Dalam network GSM, radio seluler merupakan elemen utama, karena komunikasi ditransmit melalui frekwensi radio.

3. Operation Maintenance System (OMS). Sedangkan Operation Mainetenance Center bertugas melakukan pengawasan performansi seluruh jaringan BSS dan SSS yang ada dibawah kendalinya, melakukan penanganan gangguan tingkat pertama, loading data base dan memberikan informasi gangguan dan performansi jaringan.



Ibarat perang, BSS merupakan regu prajurit yang gerilya dan ditempatkan dimana-mana. Sedang SSS adalah komandan regu sedangkan OMS adalah pengawas perang. Kali ini, kita beri penghormatan tertinggi dulu buat para prajurit – BSS- untuk dibahas duluan. Setuju, kan?



Base Station System (BSS)



Base Station System (BSS) merupakan bagian dari radio sistem pada network GSM yang terdiri dari: BSC, BTS dan TRAU. Ketiganya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kenapa? Karena fungsi mereka berbeda namun satu dengan lainnya saling mendukung. Bagaimana 'saling mendukung'nya BSC, BTS dan TRAU, ceritanya begini…. ( he he he kayak kismis : kisah2 mistery ) aja



Base Station Controller (BSC)



BSC adalah bagian inti (intelligent/master) dari sistem BSS yang menghubungkan antara BTS dengan SSS (seluruh data base BTS dan TRAU ada pada BSC). Pada Siemens Base Station antara BSC dan Network SSS perlu bantuan peralatan jaringan lain, berupa Transcoding and Rate Adaptation Unit (TRAU) melalui A-sub interface (interface BSC-TRAU) dan A interface (interface MSC-TRAU).



Adapun fungsi utama dari BSC adalah: data base seluruh network elemen BSS, penyambungan kanal trafik, memproses pensinyalan, pongontrolan daya, menangani fungsi-fungsi operasi dan maintenace serta monitoring system.



Base Transceiver Station (BTS)



BTS dapat dilihat sebagai bagian dasar dalam jaringan BSS dan perlengkapan hubungan antara BSC dan MS (mobile subscriber/pelanggan). Fungsinya sebagai elemen network yang berinteraksi langsung dengan mobile subscriber melalui radio interface (air interface). BTS terdiri dari Tx (transmite) dan Rx (Receive) yang menyediakan kanal pembicaraan. Seperti radio pada umumnya, radio interface di BTS memiliki daya pancar yang terbatas, dalam GSM sering dikenal dengan istilah wilayah cakupan atau radio service area. Cara kerja radio suatu BTS adalah membentuk dan mengatur sel trafik hubungan dan hand over (perpindahan MS dari satu BTS ke BTS lain) yang berada didalam wilayah cakupannya.



Transcoding Rate and Adaptions Unit (TRAU)



TRAU adalah interface antara BSC dan SSS (MSC). Meskipun TRAU merupakan bagian dari BSS, biasanya TRAU diletakkan dekat MSC. Hal ini dimaksudkan untuk penghematan link transmisi.



Pada perangkat TRAU terjadi kompresing link dari dari 64 Kbps dari MSC ke TRAU (4 A-Interface/PCMA) menjadi 16 Kbps dari TRAU ke BSC (1 Asub-Interface/PCMS). Kompresing ini dilakukan hanya untuk traffic channel. Hal tersebut dimaksudkan agar traffic channel yang digunakan untuk percakapan pelanggan bisa lebih banyak 4 kali dari sebelumnya. Sedangkan untuk time slot 0 yang digunakan untuk frame alignment signal dan time slot 16 untuk signaling tidak dilakukan kompresing, kecepatannya tetap 64 Kb/s sebab kalo dikompres juga maka untuk proses pensinyalan akan jadi lambat. Karena di TRAU dilakukan pengkompresan maka TRAU juga melakukan adaptasi suara agar suara pelanggan sama seperti aslinya, tidak terkompres meninggi atau mengecil seperti micky mouse.


Sumber : dusunlaman.blog.com

Selengkapnya

06 Desember 2008

Seluk Beluk BTS

Sempurna tidaknya sinyal yang diperoleh sebuah ponsel sangat tergantung dengan BTS. Namun, seperti apa sebenarnya cara kerja sebuah BTS?

Bila anda sedang berada di kota-kota besar, semacam Jakarta atau Surabaya Jamak terlihat pemandangan sebuah tower menjulang dan dilengkapi dengan perangkat-perangkat berbentuk piringan, atau benda berbentuk kotak. Terkadang, tower-tower semacam ity tegak berdampingan. Benda serupa, kadang bisa dijumpai juga saat anda berkendara ke luar kota.

Tower seperti itu adalah bagian dari sebuah BTS (base transceiver station). Istilah BTS sendiri sebenarnya sudah menjadi istilah umum bagi pelanggan selular. Baik pelanggan GSM maupun CDMA. Sebab memang BTS-lah komponen jaringan GSM yang pertama kali koneksi dengan ponsel anda.

BTS sendiri sebenarnya terdiri dari tiga bagian utama. Yakni, tower, shelter dan feeder. Dari ketiga komponen utama itu, towerlah yang paling jelas terlihat. Di bawah tower, biasanya ada sebuah bangunan yang biasanya berukuran 3 x 3 meter. Inilah yang disebut shelter. Di dalam terdapat berbagai combiner, module per carrier, core module (module ini(, power supply, fan (kipas) pendingin, dan AC / DC converter.

Seluruh perangkat dalam shelter BTS tidak ubahnya seperti rak-rak besi, atau malah lebih mirip lemari pendingin. Rak besi ini disebut juga sebagai BTS equipment (BTSE). Untuk mentenagai perangkat tadi rata-rata diperlukan range antara 500 sampai 1500 watt, tergantung module dan hadrware yang digunakan.

BTS hanyalah salah satu bagian dari seluruh rangkaian proses pengiriman sinyal, yang sebenarnya juga terdiri dari tiga komponen utama. Takni BBS, SSS dan intelligent network. BTS sendiri termasuk dalam komponen BSS (Base Station Subsystem). Selain BTS, dalam BSS juga dikenal BSC (Base Station Controler), dimana dalam alur sistem, beberapa BTS ditangai oleh satu BSC –umumnya satu BSC menangani sekitar 200 BTS.

Adapun komponen SSS (Switching Subsystem), mencakup kombinasi berbagai perangkat seperti MSC (mobile service Switching Center), HLR (Home Location Register), dan VLR (Visitor Location Register). Alur sistem informasi yang terdapat pada komponen BSS, dapat dilihat dalam gambar sistem jaringan GSM.

Alur Sistem BSS
Alur jaringan bisa diilustrasikan sebagai berikut: Pertama terpancar data atau sinyal dari ponsel yang diterima oleh antena (cell), dimana data atau sinyal tersebut dipancarkan lewat udara dalam area converage cell BTS. Kedua data atau sinyal yang diterima antena disampaikan melalui feeder (kabel antena), yang selanjutnya diolah dalam modul-modul hardware dan software BTS. Setelah itu tercipta output data yang diteruskan ke rangkaian luar BTS, yakni BSC. Untuk menghubungkan transmisi antara BTS dan BSC dipergunakan microwave.

“Microwave dipergunakan untuk menggantikan perang fungsi kabel, seperti PCM (Pulse Code Modulation) cable, seperti PCM (Pulse Code Modulation) cable atau fiber opric. Namun baik microwave dan fiber optic memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,� papar Hendarmin, technical instrction ICM Training Center Siemens. Kelebihan microwave ialah infrastruktur yang dibangun lebih murah. Sedang kekurangan microwave kapasitas lebih rendah, kualitas bisa lebih buruk jika terjadi gangguan di udara. Lalu alternatif lain fiber optic, dengan kelebihan kapasitas lebih besar (fisik lebih kecil) ditunjang kualitas data lebih baik.

Kelemahan fiber optic adalah investasinya lebih mahal, sebab memerlukan penggalian tanah atau laut. Excelcom merupakan operator yang mempopulerkan penggunaan fiber optic guna mendukung transmisi, istilah yang dulu dikenal dengan teknologi Connetrix. Selain ity microwave juga dapat dipergunakan untuk mendukung koneksi dari BSC ke TRAU (Transcoder and Rate Adaption Unit), atau dari TRAU ke MSC. Proses alur tadi juga bisa berjalan dari arah sebaliknya. TRAU merupakan jalur penghubung dari BSC ke komponen SSS. Selain sebagai penghubung, TRAU berfungsi untuk mengkompresi traffic channel GSM. Sedang untuk kebutuhan channel GPRS tidak dipergunakan komponen TRAU.

Jenis dan Kelas BTS
Dalam istilah BTS juga dikenal berbagai pembagian kelas. Semisal untuk penempatan BTS, dibagi kedalam kelas indoor dan outdoor. BTS indoor mempunyai spesifikasi desain yang lebih ramping atau simpel, dan relatif lebih awet karena ditempatkan di dalam ruangan. Namun BTS indoor juga memiliki kelemahan pada penempatan ruangan tersendiri yang harus dilengkapi AC (Air Conditioner) sebagai pendingin. Rentang suhu yang dapat diterima komponen BTS antaa -5 hingg 55 derajat celcius. Umumnya perangkat BTS ini yang terdapat di dalam shelter dan mall-mall.

Selain itu terdapat BTS outdoor yang mempunyai spesifikasi tidak memerlukan ruangan khusus. Dapat ditempatkan pada dinding (wall mounted), terowongan, dan pinggir jalan. Sifatnya yang lebih fleksibel, tapi punya kelemahan desain yang lebih besar dan berat. Perbedaan biasanya hanya pada rack, tapi isi module-nya hampir sama dengan BTS indoor.

Menurut Hendarmin, kemampuan BTS juga dipengaruhi kapasitas yang tersedia. Kapasitas dalam hal ini menyangkut daya tampung Trx (Tranceiver) atau frekuensi. Biasanya dalam satu tower BTS terdiri dari 3 cell. Jika 1 cell memiliki 3 Trx, dimana 1 Trx tersebut memiliki 8 time slot. Artinya time slot inilah yang digunakan oleh subscriber atau pelanggan untuk melakukan komunikasi selular. Dari 8 time slot, 1 time slot khusus digunakan untuk signaling yang berfungsi untuk membawa informasi tentang parameter cell. Sisanya tujuh time slot biasa digunakan untuk komunikasi voice dan GPRS. Jadi satu cell yang memiliki tiga Trx (3 x 8 slot) – 1 time slot, artinya terdapat 23 time slot yang bisa digunakan komunikasi oleh 23 pelanggan secara bersamaan. Singkatnya 69 percakapan suara dapat di cover bersamaan oleh 1 tower BTS dengan 3 cell yang ada.

Hubungan Antara Cell dan Converage
Cell dalam BTS mempunyai kaitan erat dengan converage (area layanan). Besar kecilnya cell tentu berpengaruh pada performa jaringan yang diterima oleh pelanggan. Penyediaan cell pun tidak terlepas dari faktor kontur permukaan bumi. Seperti tanah lapang, pegunungan dan daerah gedung bertingkat mempunyai pengaruh tersendiri dalam pemasangan cell BTS. Berikut ini dijelaskan beberapa tipe cell, dan luas converage yang mampu dicakup.

Macro cell – jenis ini yang paling gampang dilihat, sebab ditempatkan di atas gedung tinggi atau tower dengan ketinggian sekitar 50 meter. Ciri macro cell yakni memiliki transmit power yang lebih tinggi, dan converage lebih luas. Umumnya macro cell banyak ditempatkan di daerah pinggiran kota yang mempunyai kepadatan rendah (low traffic) dan sesuai bagi pelanggan yang membutuhkan mobilitas tinggi. Jarak jangkauan bisa berbeda antar operator, tergantung desain yang dibutuhkan. Maksimum macro cell mempunyai jangkauan hingga 35 km, pada realitanya macro cell hanya beroperasi hingga 20 km saja. Ini disebabkan adanya halangan-halangan yang mengganggu penetrasi signal.

Micro cell – jenis ini biasanya ditempatkan di pinggiran jalan atau di sela-sela pojok gedung. Macro cell dirancang bagi komunikasi pelanggan dengan kepadatan tinggi, namun bermobilitas rendah. Ciri micro cell yakni converage nya kecil namun kapasitas besar dengan transmit power yang rendah. Biasanya antenanya cukup dipasang di plafon atau langit-langit suatu ruangan, ada juga tanpa antena alias ditempel pada dinding. Micro cell sendiri dibagi ke dalam micro cell standar, pico cell, dan nano cell. Maksimum micro cell mempunyai jangkauan antara 500 meter hingga 1 km.

Sumber: Selular, No. 46, Januari 2004

Selengkapnya