08 September 2008

Pengaturan Kasta Pada Lebah

Lebah merupakan salah satu serangga sosial selain semut dan rayap. Dan salah satu keunikan serangga sosial adalah adanya kasta-kasta sebagaimana pada masyarakat hindu. Berbeda dengan kasta pada masyarakat hindu, kasta pada lebah terbagi menjadi tiga yang terdiri atas ratu, pejantan dan lebah pekerja. masyarakat lebah hidup rukun dalam koloni, hidup bergotong royong dan selalu berdisiplin dalam melakukan berbagai tugas untuk kesejahteraan koloninya.

Sebuah koloni lebah terdiri dari satu ratu dan lebih dari 80.000 ekor lebah pekerja. pembagian kasta tersebut seiring sejalan dengan pembagian peran yang sangat rapi.

Lebah ratu

* Lebah ini bersifat fertil dan merupakan mesin penghasil telur, hal ini ditunjang dengan struktur tubuhnya yang lebih besat dari lebah pekerja dan memiliki abdomen perut yang lebih panjang pula

Lebah pejantan

* Lebah pejantan disebut juga sebagai drone. Lebah ini hanya bertugas untuk mengawini ratu. Tapi malangnya umurnya hanya seumur jagung, karena ketika musim kawin tiba maka saat itulah kematiannya. Tepatnya sesaat setelah ia selesai mengawini ratunya.

Lebah pekerja

* Lebah pekerja merupakan kelompok lebah steril alias mandul. Mereka sangat perkasa walaupun tugasnya bertumpuk. Mengurusi segala kebutuhan koloninya dari A-Z, termasuk mencari makanan. Bayangkan betapa sibuknya kehidupan sehari-hari lebah pekerja ini.

Fenomena Pembagian Peran Pada Lebah Pekerja
Secara morfologi atau penampakan lebah pekerja memiliki bentuk tubuh yang lebih taktis guna mendukung perannya dengan setumpuk pekerjaan yang dimilikinya. Beberapa kesibukan lebah pekerja adalah mencari serbuk sari (pollen), mencari madu, membuat sarang dan menjaganya serta memberi makan larva-larva lebah.

Ada yang menarik disini ternyata dalam koloni lebah telah terdapat pembagaian kerja yang sangat teratur. Pekerjaan yang bermacam-macam tersebut telah terbagi dalam divisi-divisi dimana masing-masing lebah memasuki salah satu divisinya. Sehingga dalam dunia lebah pekerja tidak ada berebut pekerjaan ataupun pengangguran. Pembagian divisi itu berjalan sesuai dengan umur lebah pekerja. jadi lebah pekerja mengalami perubahan perilaku kerja secara dramatis sesuai dengan pertambahan umurnya. Fenomena inilah yang dinamakan age polytheisme.

Proses pembagian tugas pada lebah sudah dimulai setelah lebah pekerja mengalami metamorfosis dari pupa menjadi dewasa. Lebah pekerja biasanya hidup sampai umur kurang lebih enam minggu. Selama enam minggu initidak ada sefikitpun waktu yang tersia-sia dengan pekerjaan yang tidak berguna.

Enam minggu umurnya terdiri atas tiga tahapan penting. Lebah dewasa muda yang berumur satu hari sudah mendapat job sebagai cleaning service di sarangnya sampai berusia 12 hari. Menginjak hari ketigabelas usianya, ada pergantian pekerjaan. Lebah-lebah pekerja yang berusia 13 hari itu pindah divisi. Mereka naik pangkat menjadi pengatur urusan domestik (rumah tangga). Mereka mengurus pekerjaan yang berkaitan dengan kenyamanan sarang, perawatan ratu, perawatan telur, dan keberadaan serta kecukupan makanan untuk seluruh koloni. Dan pekerjaan ini berlangsung sampai usia mereka menginjak hari keduapuluh.

Setelah 20 hari berkutat di sarang dan megurus segala hal yang berkaitan dengan sarang, pada hari yang ke-21 mereka kembali pindah divisi. Lebah-lebah perkasa itu terang ke alam bebas dan bekunjung ke bunga-bunga yang cantik untuk mengambil madu-madu mereka. Mereka berkonsentrasi mencari makanan sampai umur mereka berakhir.
Fenomena pergantian pekerjaan berdasarkan kategori umur sebagaimana yang telah diuraikan diatas terjadi karena pengaruh hormonal. Hormon ini terbentuk oleh kelenjar endokrin dan dikeluarkan langsung ke dalam darah. Pada serangga hormon yang dimiliki tidak selengkap dan serumit mammalia.

Hormon yang menyebabkan terjadinya fenomena age polytheism adalah hormon juvenil atau biasa juga disebut sebagai JH. Pergantian divisi pekerjaan berdasarkan umur dipengaruhi oleh kadar JH dalam tubuh. Kadar JH meningkat seiring dengan pertambahan umur pekerja. peningkatan kadar JH itulah yang mengatur kebiasaan kerja pada lebah pekerja.
Tetapi walaupun demikian pergantian divisi bukanlah sesuatu yang saklek. Proses tersebut merupakan suatu yang fleksibel, tergantung pada proporsi jumlah pekerja yang dibutuhkan pada divisi yang sudah ada. Peningkatan JH juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan seperti keberadaan makanan, umur, dan struktur koloni serta respon yang berbeda terhadap lingkungan.

Meskipun lebah adalah model masyarkat ideal, pener keteraturan pembagian kerja seperti telah dikemukakan di atas. Akan tetapi dibalik keteraturan tersebut dan keberadaan pengaturan juvenil hormon pada individu masing-masing lebah ternyata dalam kehidupan lebah juga terdapat intrik pollitik yang dilakukan oleh lebah ratu dalam uaya mempertahankan status quo. Salah satu kebijakan tang dilakukan lebah ratu dalam menjaga kestabilan negaranya (mencegah kudeta atau munculnya ratu baru) adalah cara telur stelsel hampir serupa dengan cara kultur stelsel yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia dulu.

sumber : nurchasanah

Tidak ada komentar: